Creativity Around Us: Paperline

Gramedia PIM sore hari terlihat lengang. Sudah dua jam gw berkeliling di toko buku ini dengan tujuan utama membeli buku baru. Tapi kok tidak ada yang menarik perhatian ya? entah kenapa gak ada buku yang pas dengan suasana hati dan keinginan membaca gw saat itu #asik. Bosan dengan buku, gw pun ke tempat stationary. Nah jeleknya jalan-jalan tanpa rencana mau beli apa itu ya jadi banyak maunya dan boros--dan itu berlaku untuk semua benda. Yang pertama kali jadi sasaran gw adalah spidol stabilo favorit warna biru terang  (setelah galau 15 menit antara biru, ungu, turqouise dan pink). Spidol beres, tinggal nyari notes. Berhubung notes spiral di gramedia itu mahal banget, gw gak tertarik dan berniat beli di stasiun ui aja. Eh tapi tiba-tiba gw nemuin notes yang unik banget ini: 




Nama produknya adalah LOOSE AND LOCK NOTEBOOK dari Paperline. Wah rupanya ini adalah gabungan konsep binder dan spiral notebook. Dan menurut gw, produk ini BRILIAN banget! kenapa? 

Binder adalah barang wajib buat pelajar, terutama SMA. Hampir semua anak di kelas gw waktu dulu memilih binder sebagai tempat mencatat. Hanya beberapa orang yang kekeuh pake buku tulis.

Tapi, binder juga punya kekurangan:
  1. Binder lebih makan tempat daripada spiral notebook. Karena binder kan kalau diliat dari atas bentunya kayak segitiga, nah space itu yang menurut gw jadi makan tempat.
  2. Untuk menulis di binder, orang-orang biasanya melepaskan kertasnya dan menulis beralaskan binder. Karena, kalau nulis catetan langsung di bindernya, tangan kita suka nyentuh spiral besinya si binder. 
Sekarang coba kita analisa spiral notebook #asik. kelebihan dari spiral notebook itu menutupi 2 kekurangan binder: lebih tipis dan lebih enak buat ditulis (karena spiral notebook itu biasanya plastik). plus cover dan kertas notebook yang lebih keren desainnya. tapi kekurangan dari notebook juga banyak. diantaranya 
  1. Gak bisa diisi ulang dan mindah-mindahin kertas 
  2. Spiralnya suka rusak dan bikin catetan kita berantakan
Nah, Paperline rupanya melihat potensi besar dari masalah catat-mencatat ini dan jadilah produk loose and lock notebook. Sebenernya notes ini cukup sederhana. 1 pack hanya terdiri dari cover, loose leaf dan ring binder. Itu juga dalam kondisi terpisah saat awal dibeli, sehingga kita nyusun notes ini semacam DIY gitu. 

Kreatifitas Paperline yang sudah lebih dulu gw apresiasi adalah loose leaf warna-warninya. Sebelum paperline mengeluarkan produk ini, perusahaan pembuat loose leaf  hanya mengeluarkan kertas putih polos/bergaris. Ada sih loose leaf berwarna, cuman MAHAL BANGET. Loose leaf super bermerek Kokuyo yang satu packnya aja bisa nyampe 40 ribu. Duh buat nulisinnya aja kayaknya sayang banget. Gw aja beli Kokuyo pertama kali itu karena lagi diskon 50 persen (HEHE). Nah, saat Paperline mengeluarkan produk loose leaf berwarna dengan harga sekitar 15 ribu rupiah, jelas aja langsung laris manis. bedanya hampir 3 kali lipat sama kokuyo :'') 

Balik lagi ke produk loose and lock notebook, menurut gw sih yang paling inovatif itu sliding ring bindernya. Jadi, walaupun secara keseluruhan produk ini lebih mirip spiral notebook biasa, fungsi binder yang bisa dibuka tutup ring bindernya juga bisa dilakukan oleh produk ini.



Mungkin banyak orang yang sependapat dengan dilema binder dan notebook kayak gw serta berandai-andai jika ada produk yang menggabungkan fungsi keduanya. And it Happens now! Good job Paperline! we'll see the people reaction through this product soon ;;)

ps: post ini actually dibuat sebelum masuk kuliah tapi belom di publish. update terbaru adalah: anak fkm banyak yang pake loose and lock notebook-nya Paperline juga! :) kebukti kan yang betapa kerennya ide ini. Tapi gw juga udah nemu kekurangan produk loose and lock :p Saat nulis, notenya gak bisa dilipat kayak spiral notes biasa soalnya sliding ring-nya berbentuk agak kotak. Whatever, Creativity always rocks!!



Comments

Popular posts from this blog

Memilih Kereta Api Ke Malang

Step by Step & Biaya Surat Sehat LPDP 2019 (RSUD Budhi Asih)

Pengalaman IELTS Computer Based di IALF Jakarta saat Pandemi Covid-19 (Februari 2021)