#30HariBercerita Awal Cerita
Tahun ini, seperti dua tahun sebelumnya aku memutuskan untuk
ikut #30haribercerita. Tapi barangkali tahun ini sedikit lebih senyap dibanding
tahun sebelumnya.
Aku ingin menulis, yang panjang.
Salah satunya itu, lainnya karena sebenarnya aku hanya ingin
menulis saja tahun ini.
Bukan karena menginginkan respons orang lain, bukan karena
likes, comment dan juga repost oleh admin #30HBC. Tapi karena aku kangen menulis yang, menulis saja.
Tanpa intensi yang berat untuk memukau.
Lagipula, semakin
hari aku semakin merasa IG bukan tempat yang nyaman. Terlalu penuh dan banjir.
Ia bukan ruang sunyi dan ruang cerita yang aku butuhkan. Ia serupa, galeri? Untuk
menunjukkan siapa kita, apa yang kita pikirkan, apa yang kita lakukan.
Tapi aku juga
masih tidak kapok dengan #30HBC. Meskipun tahun sebelumnya aku merapel 11 hari,
pada akhirnya selesai juga. Kupikir, setiap tahunnya ketika menulis selama 30
hari ini, aku tidak pernah ada di tempat yang benar-benar sama. Tahun pertama,
aku menulisnya di Fonterra, tahun kedua, aku menulisnya di Konawe, dan tahun
ketiga, aku menulisnya di Philips. Begitulah. Sesudah lulus, aku masih mencoba
berbagai macam kemungkinan untuk kehidupan kedepan.
Sebetulnya aku
rindu format blogspot salah satunya karena membaca #bertumbuh, buku Kurniawan
Gunadi, Mutia Prawitasari dan tiga penulis lainnya. Tulisan mereka formatnya
sederhana saja. Persis sepanjang postingan tumblr ataupun blog. Namun, beberapa
tulisan itu mampu membuat saya berefleksi ulang. Seperti, diajak berpikir dan
merenung bersama. Dan hanya tulisan. Sederhana saja. Awal membaca buku itu karena Sul, ia bilang
ini buku tentang quarter life crisis. Segalau itu? Ya, memang setiap minggu aku
dan Sul bertemu, dan diantara agendanya aku hampir selalu mengeluhkan sesuatu.
Buku itu kubaca cepat saja, kurang dari seminggu. Kemudian ia seperti
membangkitkan kembali rasa ingin membaca buku. Setiap minggu aku meminjam buku
baru, kemudian aku juga menuntaskan Ayu Utami yang sudah lama kubeli, I am
Sarahza hasil Harbolnas dan sekarang Pram.
Tiga puluh hari
kedepan aku akan menulis. Semoga seiring
dengan tulisan ini aku juga bertumbuh, lebih baik lagi.
Comments
Post a Comment