23 Episentrum: Perjalanan Mata, Hari dan Hati


Hola~ it’s been a while since I wrote my previous book review. Hari ini gw ingin membagi pengalaman gw membaca 23 Episentrum. Buku ini gw pinjem dari perpusat plus suplemennya. Awal ngeliat, gw emang penasaran banget sama buku-bukunya Adenita ( 9 Matahari dan 23 Episentrum). Jadi, apa sih 23 Episentrum itu?


23 Episentrum menceritakan tentang perjalanan karier tiga anak muda yang penuh kegalauan hidup *halah* Matari sebagai sosok sentral dari buku ini, adalah seorang reporter muda di stasiun TV terkemuka. Cita-cita Matari adalah menjadi seorang News Anchor which is one step more from her current job as reporter. But, she’s got a big target: melunasi hutang-hutang biaya kuliahnya. Ya, Matari kuliah dengan biayanya sendiri yang diperoleh dari hutang ke teman-temannya yang berjumlah 23 orang. Dia bersikeras untuk terus kuliah walaupun kondisi keuangannya tidak memungkinkan. Semua itu dilakukan karena Matari yakin, gelar sarjana adalah tiketnya untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.

Untuk melunasi hutang-hutangnya, Matari mempunyai seorang konsultan keuangan pribadi yang merupakan sahabatnya, Awan. Awan adalah seorang sarjana matematika yang berkarier sebagai banker. Sebetulnya Awan adalah karyawan yang berprestasi, namun setelah 3 tahun menjadi banker hatinya mulai resah. Hobi menonton film rupanya sudah menjelma sangat besar menjadi sebuah cita-cita: penulis naskah film. Folder Episentrum yang selama ini jadi pelariannya pun semakin menggedor keras, siap untuk mengguncang kehidupan monoton Awan selama ini. Sayangnya, untuk meraih impiannya Awan harus berbenturan dengan kewajiban sebagai tulang punggung keluarga. Keputusan itu pun ditentang habis-habisan oleh Ibunya.

Di belahan dunia lain, sahabat Awan, Prima, seorang sarjana teknik perminyakan yang sukses menjadi international engineer di perusahaan minyak internasional. Gajinya yang luar biasa banyak tidak bisa menenangkan hatinya. Prima merasakan ada yang hilang dan salah dalam perjalanan hidupnya. Sebelumnya, Prima terbiasa hidup dengan target. Demi menenangkan hatinya, ia melepas semua target yang mengungkung itu dan melakukan sebuah perjalanan hati. Dalam perjalanan inilah Prima pelan-pelan mengetahui kemauan hatinya sekaligus pelengkap jiwanya, Matari.

Bagian favorit gw dari 23 Episentrum adalah perjalanan hatinya Prima. Banyak banget kalimat-kalimat yang sangat “JLEB” dan cocok dengan kehidupan nyata gw. Sebagai pelengkap, Adenita memberikan kisah nyata 23 orang yang berani mengikuti hatinya, semua itu agar kita bekerja dengan sepenuh hati. Karena bekerja adalah ibadah. Dan dalam beribadah, kita harus memberikan 100 persen kemampuan kita, dan tidak mungkin kita melakukan 100 persen jika kita membenci pekerjaan kita. Maka, lakukanlah perjalanan, perjalanan mata, hari dan hati. 

“… bahagia kan bukan cuma soal uang, dan pilihan hidup itu ngga perlu harus sama dengan orang lain.”-23 Episentrum

Comments

Popular posts from this blog

Memilih Kereta Api Ke Malang

Step by Step & Biaya Surat Sehat LPDP 2019 (RSUD Budhi Asih)

Pengalaman IELTS Computer Based di IALF Jakarta saat Pandemi Covid-19 (Februari 2021)